THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 07 Desember 2011

I'm the Griffindor one!


The sorting hat says that I belong in Gryffindor!






Said Gryffindor, "We'll teach all those with brave deeds to their name."


Students of Gryffindor are typically brave, daring, and chivalrous.
Famous members include Harry, Ron, Hermione, Albus Dumbledore (head of Hogwarts), and Minerva McGonagall (head of Gryffindor).



Take the most scientific Harry Potter
Quiz
ever created.


Get Sorted Now!


Rabu, 23 November 2011

Last night.

Well well, sebenernya gue ga tau harus nulis ini ato nggak.
Gue mimpi *cukup* aneh kemaren. Gue terapung sendiri (nggak sendiri sih, gue ditemenin ama seekor lumba-lumba warna pink) -- di tengah laut gitu. Terus. Yang paling aneh adalah; ternyata mimpi gue itu ada di dunia-nya Hetalia.

Di tengah-tengah keadaan yang udah capek banget, tiba2 ada kapal yang ngedeketin gue. Guess what? Itu kapalnya Ludwiiiig~ Oh SH*T man, ga salah, nih?! Oke, first, gue diselamatkan oleh seorang karakter berkebangsaan Jerman yang seksi abis, Ludwig. Ternyata, di kapal itu Ludwig ga sendiri. Dia bareng sama Gilbert (ato siapalah namanya itu), kakaknya. Rambutnya putih dengan mata merah (agak) menyeramkan. Si Gilbert ini lagi gendong2 anak yang kayaknya mirip banget sama dia, dan sedang ketawa2 bareng seorang wanita cantik berambut coklat, Err.. Elizaveta, looks like that. Entah apa yang akan mereka lakukan di kapal ini.

"Kita mau liburan di kepulauan milik Alfred. Tadi temanku, Feli, udah ke sana duluan, bareng yang yang laen," kata Ludwig. Datar. Gue makin bingung.

Sampe di pulau itu, gue sendiri terpukau. Cantik. Sekali.

"Nyuu, Ludwiggg, akhirnya kau sampai jugaa," kata seseorang berambut merah, lumayan imut.
"Hei, sudahlah, Feli, kau ini," balas Ludwig malu-malu.

Well, Feli ini imut banget jadi cewek. *sori, dalam mimpi gue, ternyata 'Feli' itu adalah Fem!Italy*

"Kau ngajak siapa, Lud?" tanya Feli.
"Err.. Tadi dia terapung di laut, sekalian aja aku bawa ke sini."
"Oooh."

Feli berajalan mendekatiku.
"Ciao. Aku Feliciana," katanya padaku, sambil mengulurkan tangannya.
"Ha.. Halo. Shabrina," jawabku membalas uluran tangannya.

AAA, GUE MIMPI KAYAK BEGINI, KENAPAAA?!

Gue diajak masuk oleh Feli, untuk menaruh barang sekaligus memberi makan peliaharanku, si lumba-lumba pink. Ketika masuk, aku bertemu seorang lelaki sedang membaca buku, bertelanjang dada, dengan alis yg super-duper tebel (sumfah, lebih tebel dari yg di anime) -- Yah, siapa lagi kalo bukan Arthur. Ia hanya mengangguk ketika Feli dan aku lewat.

Gue dikenalin ama temen2 mereka. Dan yang menurut gue bener2 imut aslinya, adalah Yao. Jauh lebih imut dari anime-nya. Ivan juga, tingginya jauh dari perkiraan.

Oh well, endingnya: gue diajak maen sama mereka. Dan anehnya gue langsung iya2 aja. Padahal, sebenernya, gue butuh penyesuaian paling ga 1 hari..

SUMPAH. GUE EMANG SERING NGOMONGIN HETALIA SAMA TEMEN GUE, TAPI GUE GA NYANGKA KALO HAL ITU BISA SAMPE KEBAWA MIMPI.

Selasa, 22 November 2011

3 months as a freshman

"Don't judge a book by it's cover".

Kalimat yang selalu gue inget, tapi susahnya minta ampun buat dilakukan. Suer, deh. Yah, itulah yang gue alami selama kurang lebih 3 bulan ini.

First, I'm a freshman in University of Indonesia. Fakultät für Psychologie. Gott sei Dank, dass Sie meinen Weg näher an meinen Traum. Yah, walau nyangkutnya di kelas paralel, sih. :)

Second, I have a lot of new friends. But I only close with few of them. Thanks God (again), you make my day brighter by some new friends.

Third, I hear gossip that 1 of my friend is gay. What? I really don't believe it. I checked it at his facebook, and it's true what my friends' words. *Sighed*
But, time flies. Very fast. And you know, he doesn't like what I think. Also, he is not gay. He still love girls, but also boys, too (yeah, it's better, I think). I don't really get it, but he really a nice guy. Err.. A little different from another boys, but he really2 a nice guy! His style (maybe) looks like a gals, but it's not the problem, right?

From the third point, I learn that we can't judge someone only by hearing a gossip, or just searching his social life in facebook, but we also need to learn directly by be friend with him/her.

Sabtu, 08 Oktober 2011

AKU dan DIA

DISCLAIMER : HETALIA – AXIS POWER ALWAYS MEANT TO HIDEKAZU HIMARUYA.
Human names used.
Enjoy!


Mereka, Gilbert Weillschmidt dan Elizaveta Héderváry, adalah sepasang sahabat yang tak terpisahkan. Tapi, itu ketika mereka masih balita. Mereka dipisahkan karena keegoisan orang dewasa.
“Gil! Kamu mau pergi ke mana?” teriak Elizaveta ketika melihat sahabatnya, Gilbert, ditarik pergi oleh nation yang sudah dewasa, entah kenapa.
“Eliza, helft mir*!” teriak Gilbert yang sudah kepayahan menahan agar ia tidak ditarik.
Elizaveta berlari untuk menolong Gilbert.
“Nona Eliza, kau di sini saja, tidak perlu menolongnya,” kata nation yang lain, menahan Elizaveta untuk tidak menolong Gilbert.
“Tapi..” Eliza tidak kuasa menahan tarikan nation itu. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Eliza.
Ya, mereka terpisah untuk alasan egois orang dewasa.


23 tahun kemudian..
“Baiklah saudara-saudara! Hari ini kita akan mengadakan pemilihan lurah yang baru!” kata sang lurah lama, Arthur Kirkland.
“Dan kita sambut, calon lurah dan wakilnya yang pertama, Roderich Edelstein dan Francis Bonnefoy!” teriak si camat lama, Alfred F. Jones.
Pasangan aneh bin ajaib (author dilempar grand piano ama Roderich) ini naik ke atas panggung.
“Yo, saya Roderich,” ucap Roderich, memperkenalkan dirinya singkat, sambil membetulkan letak kacamatanya.
“Dan saya Francis, si cowok romantis,” kata Francis sambil melempar senyuman terindahnya.
Para wanita hampir saja nosebleed, tapi nggak jadi.
“Dan kami adalah fans dari marie Antoniette! Jangan lupa coblos bunga mawar!” lanjut Francis bersemangat.
Yang nonton sweatdrop.
“Oke, oke, silahkan turun, wahai lelaki cantik,” kata Arthur, yang disertai oleh jitakan Roderich dan Francis di alis Arthur.
“Selanjutnya, pasangan kakak beradik bishie, Gilbert Weillschmidt dan Ludwig van Beethoven, eh salah, Ludwig aja, maksudnya!” ucap Alfred bersemangat.
“Hallo, minna-san! Saya si awesome Gilbert,” kata Gilbert dengan PD-nya.
“Dan saya Ludwig,” sambung Ludwig.
“Kami cowok Aria seksi~” sambung Gilbert sekali lagi, yang disertai siulan dari penonton.
“Oke penonton! Sekarang tinggal bagaimana anda memilih! Jangan sampai anda menyesal karena salah pilih!” ucap Alfred dengan semangatnya.
Arthur sibuk menghasut para penonton biar memilih pasangan Gilbert dan Arthur.
.
.
“Berhubung pengumuman pemenangnya baru diadakan nanti sore, kami, selaku pengurus yang lama, ingin mengadakan sedikit hiburan! Kami mengundang penyanyi dangdut local yang terkenal, Elizaveta Héderváry dan Nesia Wulandari~” teriak Alfred dan Arthur hampir berbarengan.
Elizaveta dan Nesia naik ke atas panggung bersama orchestra musiknya.
“Elizaveta.. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu,” gumam Gilbert.
“Hem? Ada apa, Bruder?” Tanya Ludwig yang sedang duduk di sebelahnya.
“Ah, tidak apa, kok,” kata Gilbert tersenyum, memamerkan sederet giginya yang putih.
“Veee~” ucap sebuah suara, tiba-tiba, dan memeluk Ludwig.
“Fe.. Feliciano, ngapain kamu di sini?” Tanya Ludwig kaget melihat “uke”nya tiba-tiba datang.
“Tidak, aku hanya bosan saja di rumah, dan aku ingin melihat acara hiburannya,” jawab Feliciano dengan santainya.
.
“Yak saudara-saudara sekalian, saya bersama dengan teman-teman saya datang untuk menghibur anda semua!” kata Eliza, sang penyanyi dangdut berambut coklat muda ini.
Para penonton –yang rata-rata adalah pemuda—langsung bersiul riuh rendah, karena kedua wanita ini adalah wanita yang cantik dan anggun, dengan pakaian menawan.
Musik mulai mengalun, dan kedua wanita itu mulai menyanyi.

Dasar kau keong racun
Baru kenal eh ngajak tidur
Ngomong nggak sopan santun
Kau anggap aku ayam kampung
Kau rayu diriku
Kau goda diriku
Kau colek diriku
Eh ku takut sekali
tanpa basa basi kau ngajak happy happy
Eh kau tak tahu malu
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy

Eliza dan Nesia mengeluarkan goyangannya yang paling hot. Lagi-lagi para penonton –yang kebanyakan lelaki—jejeritan melihat wanita cantik ini.
Alfred udah joget-joget gaje. Tadinya dia udah ngajak Arthur untuk menemaninya, tapi Arthur menolak, karena ia masih sibuk menghasut para pemilih untuk memilih pasangan Gilbert dan Ludwig.
Francis juga, udah sibuk sendiri, dia begitu terpesona dengan gaya kedua wanita pedangdut itu.
Gilbert masih sibuk mikir, apakah ia pernah mengenal Elizaveta atau tidak.
Ludwig asyik mojok (?) sama Feliciano.
Nether –yang tau-tau udah ada di sebelah Gilbert-- , nyenggol temen sebelahnya, “Ini penyanyi kok cakep dua-duanya, ya?” ucapnya.
“Hmmm, hmmm, tapi tidak se-awesome aku,” kata Gilbert seenaknya.
“Kau ini, masiiiih saja menganggap diri mu awesome! Asem kale yeee,” kata Nether sambil menjambak rambut putih Gilbert.
“Eeeehh.. Ampun, ampuun,” ucap Gilbert sambil mengaduh kesakitan.

Mulut kumat kemot
Matanya melotot
Lihat body semok
Pikiranmu jorok
Mentang-mentang kau kaya
Aku dianggap jablay
Dasar koboy kucai
Ngajak check-in dan santai
Sorry sorry sorry jack
Jangan remehkan aku
Sorry sorry sorry bang
Ku bukan cewek murahan


Selesai lagu itu, para penonton tampaknya begitu terbuai dengan Eliza dan Nesia. Francis langsung naik ke atas panggung, memberikan berpuluh-puluh bunga mawar pada penyanyi.
“Woy Francisss~ Jangan curang kamuu!” protes Gilbert dan Nether – yg langsung ikut-ikutan mendekati panggung, lalu menarik kaki Francis. Francis kehilangan keseimbangan – dan jatuh.
“Apa-apaan kaliaaan~~” ucap Francis marah – spontan memberikan bogem mentah ke Gilbert dan Nether.
“Heh, kau yang mulai duluan, mesum!” protes Gilbert, yang mencubit pipi Francis dan berniat untuk membalas pukulan dari Francis.
Nether udah siap dengan kuda-kuda nya. Biasa, emosi.
“Bruder, Nether, udah, udah! Jangan di bawa emosi!” tahan Ludwig melihat akan terjadi perkelahian.
Tapi, sepertinya, perkelahian itu tidak bisa dihindarkan. Yah – tidak terlalu besar sih, tapi tetep aja bikin rusuh.
.
.
“Hei, hei, sudahlah, kalian ini, jangan memperbesar masalah kecil!” kata Arthur menenangkan kedua belah pihak yang berkelahi.
“Tapi dia duluan tuh yang mulai!” protes Gilbert dan Francis bersamaan.
“Kalian ini, sudahlah!” kata Roderich dengan santainya.
“Ntar kalo ga baikan, kalian di diskualifikasi loh, mau?” kata Alfred seenaknya.
“Errr..” Gilbert dan Francis ga bisa ngomong.
Biasa, lelaki kalo udah berantem, susah di ajak baikan.
.
30 menit sebelum pengumuman camat dan lurah yang baru..
Gilbert memutuskan untuk berbicara dengan Eliza. Empat mata. Di tempat yang jarang di datangi orang. Karena ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari wanita ini.
“Elizaveta? Aku merasa pernah mendengar nama itu,” ucap Gilbert pada Eliza.
Elizaveta diam sejenak, menatap mata Gilbert.
“Kau.. Kau Gilbert, kan? Kau Gilbert, teman masa kecilku, kan?” kata Elizaveta berkaca-kaca.
“Jadi benar, kau Eliza yang dulu?” Gilbert meyakinkan dirinya sendiri.
“Gil.. Akhirnya aku menemukanmu. Aku sudah mencarimu kemana-mana,” Elizaveta mulai terisak, lalu memeluk Gilbert.
Gilbert tercengang beberapa saat.
“Hey Eliza, NIE vor mir weinen** – karena itu adalah hal yang paling tidak awesome di dunia ini,” kata Gilbert menghapus butiran air mata yang mulai jatuh dari mata Elizaveta.
“Kau tidak pernah berubah ya, Gil,” ucap Elizaveta melepaskan pelukannya.
Ya, sejak kecil, Gilbert memang tidak suka melihat ada cewek nangis di depan matanya, terutama Elizaveta.
“Ngomong-ngomong, di sekitar matamu sepertinya bengkak tuh, tadi bekas ditonjok ama om-om berambut pirang itu,” lanjut Elizaveta tersenyum.
“Gara-gara tonjokan Francis tadi? Ah, biarin aja, ntar juga sembuh sendiri,” kata Gilbert sok kuat.
“Ntar tambah parah loh. Nanti aku kasih obat,” protes Elizaveta, mencium singkat pipi Gilbert, yang sukses membuat pipi Gilbert bersemu merah.
.
“Hoo, jadi kau baru saja bergabung dengan gadis berambut coklat muda itu?” Tanya Nether pada Nesia. Biasa, abang-abang ganteng ini lagi nyari gadis polos buat di godain (Author diinjek ama Nether).
“Iya, biasa, masalah keuangan. Ayah Cuma buruh pabrik, ibu jualan kecil-kecilan. Adikku ada 2, jadi aku harus bisa bantu ayah dan ibu,” jelas Nesia.
“Humm, neng geulis yang baik,” kata Nether, lalu meletakkan tangannya di atas kepala Nesia. Salah satu tangannya memegang pipa. Yeah, Nether suka merokok dengan menggunakan pipa.
Dan ngomong-ngomong, mereka ngobrol sambil jongkok-jongkok di luar ruangan. Kayak alay aja.
.
“Dan kini saatnya kita umumkan lurah dan camat yang baru!” kata Arthur bersemangat. Alfred dengan setia mendampingi Arthur.
“Hasilnya memang tidak jauh berbeda. Baik, untuk lurah dan camat yang baru, kami panggil, Gilbert dan Ludwig,” kata Alfred bersemangat – as always.
“West, kita menang! Ayo kita maju!” kata Gilbert bersemangat.
“Eh, sabar, Bruder!” kata Ludwig sambil membereskan barang-barangnya yang sempat berserakan.
.
“Yak, silahkan berikan kata sambutan, lurah dan camat yang baru!” kata Arthur ketika Gilbert dan Ludwig sudah di atas panggung.
“Eh.. Aduh. Mau ngomong apa, ya? Aku belom siap pidato nih!” kata Gilbert yang gelagapan karena beberapa ratus pasang mata memandang kea rah mereka berdua.
“Para hadirin, terima kasih karena telah memilih kami menjadi pengurus yang baru! Kami tidak akan mengecewakan anda semua!” kata Ludwig yang sudah merebut mic dari Gilbert.
Setelah pidato selama 5 menit, acara itu di tutup dengan eurofia kegembiraan. Biasa, makan-makan.
.
2 tahun kemudian..
Gilbert dan Eliza, serta nation yang lainnya sedang berlibur ke pantai. Pantai di selatan Amerika itu tampak indah sekali.
“Eliza, willst du mich heiraten?***" tanya Gilbert, saat mereka sedang berdua saja – di malam yang sepi itu.
“Eh.. Sic.. Sicher****,” kata Eliza kaget.
“Hei, kalian ini kalau mau bahagia, bagi-bagi dong! Masa kalian sendiri yang bahagia?” protes Roderich. Selidik punya selidik, Elizaveta adalah cinta lamanya Roderich ketika kuliah.
“Iya nih. Bruder, kau tidak bilang-bilang kalau kau mau melamar Eliza,” protes Ludwig.
Rupanya kawanan nation yg laen menguntit pasangan baru ini. Biasa lah, penasaran, apa aja yang diomongin sama mereka.
“Eh. KENAPA KALIAN MENGUPING AKU YANG AWESOME INI?!” protes Gilbert pada teman-temannya.
“HEH, ASEM, KAMI KAN PENASARAN, APA SAJA YANG KALIAN BICARAKAN!” teriak Arthur – tsundere-nya keluar.
“Sudah, sudah! Kalian ini, kok hobi banget sih berantem,” sahut Yao yang tiba-tiba muncul.
“YAO?! KATANYA KAMU SAKIT?!” teriak semua nation yang ada di tempat. Yah, Yao memang sedang sakit, tapi dengan ramuan aneh bin ajaib dari Ivan, ia segera sembuh dan menyusul teman-temannya bersama Ivan dan Kiku.
“Baru sembuh, ini kita juga baru nyampe,” sahut Yao, yang datang bersama Ivan dan Kiku.
Semua nation yg mendengarnya mendesah berat.
Yah, yah. Begitulah mereka. Liburan itu sukses membuat mereka semakin erat, walaupun masih sering berantem.
--Das Ende—

* Helft Mir: Help me!
** NIE vor mir weinen: Never cry in front of me (jangan pernah menangis di depanku.
*** willst du mich heiraten: will you marry me?
**** Sicher : Sure.

Jumat, 30 September 2011

Love Number - a Bleach fanfic

Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Story © aRaRaNcHa
Summary : Ketika cinta dapat diwakilkan dengan angka. Ketika cinta tidak hanya dengan kata.

*Makasih ya cha, atas kejutan kecilmu ini, beberapa bulan silam. Always love it* :3

--------------------------------------------------------------------------------

Satu. Satu kesalahan paling fatal yang dilakukan oleh Matsumoto dan selalu memunculkan simpang empat di dahi Hitsugaya.

"Dimana? Kau sembunyikan dimana, Matsumoto?"

"Aku tidak menyembunyikannya lagi, Taichou."

Sake. Hitsugaya selalu gagal menemukan benda yang satu itu di sekitar Matsumoto. Dan ketika taichou berambut putih itu tidak dapat menemukannya, ia akan mendengus sebal lalu keluar dari ruangan.

"Awas kalau sampai ku temukan!" omelnya.

Hitsugaya akan sangat marah jika menemukan ada sake disekitar Matsumoto. Bukan, bukan karena ia takut Matsumoto akan meminumnya di dalam ruangan. Hanya saja, kalau Hisagi dan Kira bertandang ke divisi sepuluh seperti saat ini, akan lain ceritanya. Nantinya Hitsugaya pasti sangat kerepotan untuk memapah fukutaichounya yang mabuk—dan membuat keributan—itu.

Blam.

Pintu ditutup dan nyaris saja Matsumoto melompat gembira melihat taichounya pergi. Ia melirik ke arah Hisagi dan Kira yang tengah duduk di tengah ruangan.

"Nah, bagaimana kalau kita minum sake?" tawarnya.

"Matsumoto-fukutaichou?" Kira memandang heran.

Selanjutnya beberapa botol sake dikeluarkan oleh Matsumoto dari bawah meja kerja Hitsugaya.

"Aku tahu kalau Taichou pasti tidak akan mencarinya disini," jelasnya.

Hisagi dan Kira hanya menelan ludah, lalu saling berpandangan. Pintu kembali digeser, kemudian Hitsugaya muncul dengan tangan terlipat dan simpang empat di dahinya.

"Jadi... disitu?"

"T-Taichou..."

"MATSUMOTO!"

Dan walau Hitsugaya akan marah besar, Matsumoto tahu bahwa ketika ia kehilangan kesadarannya, tubuh kecil Hitsugaya cukup untuk memapahnya sampai ke rumah.

.

Dua. Dua pertemuan awal dengan Matsumoto yang merubah takdir Hitsugaya. Pertemuan singkat ketika Hitsugaya lagi-lagi diintimidasi karena rambut putihnya yang mencolok. Pertemuan singkat dengan masalah kecil juga—uang kembalian.

"Ini kembalinya," si penjual tersenyum licik sambil menarik uang kembalian yang akan ia berikan.

"..." Hitsugaya hanya menunduk.

"Hei! Apa seperti itu cara memberikan kembalian pada pembeli?" seorang wanita memprotes penjual itu, Hitsugaya hanya memandangnya heran.

Brak.

Karena hantaman—err—dorongan keras dari wanita bernama Matsumoto itu membuat Hitsugaya menabrak kumpulan kayu di belakangnya, lalu terhuyung.

"Kau juga jangan menangis saja! Jadilah anak laki-laki yang tegas!" omel Matsumoto pada Hitsugaya.

"Berisik! Kau tidak usah ikut campur!" omel Hitsugaya balik.

Kemudian seorang anak kecil yang tingginya kurang dari satu meter itu berlari menjauh dari seorang wanita yang—ia anggap—mengganggunya.

Tidak ada yang tahu, kalau wanita itu mengikuti Hitsugaya hingga ke rumah dan bahkan rela menghabiskan waktunya untuk sekedar memperhatikan anak itu. Tidak percuma, Matsumoto tahu jelas dari pertemuan pertama, bahwa Hitsugaya memiliki potensi untuk menjadi seorang shinigami kuat nantinya. Bahwa dengan reiatsunya saja, Hitsugaya mungkin bisa membunuh plus disekitarnya—termasuk sang nenek.

"Hei, bangun," ucap Matsumoto lembut.

Samar Hitsugaya mendengar suara itu dan membuka matanya lebar-lebar, memperlihatkan dengan jelas iris turquoisenya.

"Kau?"

"Shhtt... Kau bisa membunuh nenekmu kalau terus-terusan mengeluarkan reiatsu seperti itu."

"Eh?" Hitsugaya menoleh dan sang nenek sudah menggigil kedinginan.

"Anak kecil, aku hanya akan mengatakannya sekali. Jadilah shinigami."

"Shinigami?"

"Ya."

Dan pertemuan kedua karena reiatsu itu mengubah takdir Hitsugaya.

.

Tiga... dan lima. Ichimaru... dan Hinamori. Cemburu. Secara langsung maupun tidak, cemburu itu ada. Rasa sakit yang tak tertahan di dalam dada muncul ketika salah satu dari mereka ternyata begitu dekat dan berinteraksi. Baik Gin dengan Matsumoto atau pun Hitsugaya dengan Hinamori.

"Taichou... apa kau masih berpikir kalau Gi—maksudku, Ichimaru-taichou ada hubungannya dengan kematian Aizen-taichou?"

"Entahlah," Hitsugaya meneguk tehnya. "Ngomong-ngomong kalau kau sudah bangun, cepat selesaikan pekerjaanmu."

"Hee? Aku kira kau sudah menyelesaikan semuanya, Taichou."

"Berisik! Cepat kerjakan! Aku mau menemui Hinamori."

"Untuk apa?"

"Memperingatinya."

Hinamori adalah orang pertama yang terpenting untuk Hitsugaya dan Matsumoto tahu itu. Rasanya sama seperti Ichimaru yang menganggapnya penting.

Tapi ketika terpaksa melindungi, yang menjadi pilihan kadang tak terduga.

Trang.

Tajamnya ujung zanpakuto bernama Shinso nyaris saja menghancurkan Haineko. Namun, tidak ada itikad mundur dari si pemilik Haineko, ia malah memasang ekspresi keras hati.

"Tolong sarungkan pedang Anda, Ichimaru-taichou!"

"..."

"Kalau tidak Anda lakukan, dengan terpaksa... Anda harus berhadapan dengan saya."

Ichimaru cukup tercengang, lalu menarik kembali pedangnya. Tidak mungkin melawan orang yang amat ia sayangi itu. Tidak mungkin sanggup, sampai kapan pun. Tapi jelas sekali Matsumoto rela melindungi apa yang dilindungi Hitsugaya—Hinamori.

.

Empat. Empat musim lebih mereka lalui bersama. Musim gugur yang identik dengan warna rambut Matsumoto dan musim dingin yang identik dengan warna rambut Hitsugaya. Sesuai dengan ulang tahun mereka. Di penghujung bulan September dan Desember. Musim gugur dan musim dingin. Sesuatu yang cukup berlawanan.

"Taichou~, ayolah, aku kan sedang berulang tahun."

"Berulang tahun bukan berarti kau harus mengabaikan pekerjaanmu."

"Ayolah Taichou, kau kan jenius, dan pasti bisa mengerjakan semua paper work itu," tunjuk Matsumoto pada paper work yang menggunung.

"Tidak. Selesaikan pekerjaanmu, dan kau baru boleh pergi."

Matsumoto menggembungkan pipinya sebal, lalu berjalan menuju meja kerjanya. Jangan berharap fukutaichou divisi sepuluh itu akan menggunakan waktunya untuk tenggelam ke dalam paper work. Belum selembar ia kerjakan, suara gaduh mengusik ketenangan divisi sepuluh.

"SELAMAT ULANG TAHUN, MATSUMOTO-FUKUTAICHOU!"

Siapa lagi kalau bukan para shinigami lain yang sudah diundang oleh Matsumoto? Dan Hitsugaya sepertinya harus menggunakan waktu istirahatnya lagi nanti malam untuk mengerjakan paper work yang masih tersisa. Mungkin saja tidak, kalau Matsumoto tidak menarik tangan pemuda itu dan mengajaknya turut serta dalam pesta.

Tidak ada alasan untuk Hitsugaya bilang bahwa ia membenci keramaian. Mau bersembunyi dimana? Jangan lupakan bahwa pesta ini dirayakan di divisinya.

Lain cerita dengan ulang tahun Hitsugaya yang sederhana—hanya ditemani kembang api dan beberapa teman.

Duarr.

Kembang api lagi, entah sudah yang ke berapa. Iris turquoise Hitsugaya tidak berpindah dari kembang api itu. Seperti dirinya. Saat ini ia sedang menjalani hidupnya sebagai kembang api yang siap meledak di langit dan terlihat indah bagi siapa pun yang memandangnya.

"Selamat ulang tahun, Taichou."

"Selamat ulang tahun, Shiro-chan."

"Selamat malam dan selamat ulang tahun, Hitsugaya-taichou."

Sederhana. Tapi berada di tengah-tengah orang yang menyayanginya—dengan mengingat ulang tahunnya, bagi Hitsugaya, itu semua sudah lebih dari cukup. Aizen, Hinamori, dan... yah, tentu saja Matsumoto.

Dan jangan lupakan bahwa kembang api itu terkadang cukup berisik. Tapi bagi Hitsugaya, tidak masalah, selama masih ada yang lebih berisik dari kembang api itu—fukutaichounya. Orang yang selalu memeriahkan hidupnya dengan kejutan kecil seperti kembang api.

Karena perbedaan, adalah cara mereka saling melindungi, saling mengerti, saling memahami, dan saling mengisi. Dan itu terjadi ketika cinta tidak hanya diungkapkan lewat kata.

.

.

~O W A R I~

Hetalia - part 4















































































































Hetalia - part 3















































































































Hetalia part 2















































































































Kamis, 29 September 2011

Hetalia - part 1


































I ♥ Hetalia for now (and maybe for later). That anime really make me laugh X3

Selasa, 23 Agustus 2011

"FATE" of Freshmen in University of Indonesia

AKHIRNYA PENDERITAAN KAMABA UI 2011 AKAN SEGERA BERAKHIRRRRR~~~ *jingkrak2, seneng*


Bayangin aja, dari tanggal 7 sampe tanggal 24, di kasih kegiatan dari pagi pagi sampe SORE. Catet. DARI PAGI, SAMPE SOREEEE. BULAN PUASA. Capek nya banget banget. Nggak ikut? Ga dapet jaket kuning. Nah loh. Apa arti nya masuk UI tanpa jaket kebanggaannya? Yah, mau nggak mau, suka nggak suka, harus ngikutin deh tuh, rangkaian dari pagi sampe sore, kadang sampe malem, lagi.

Kebayang nggak sih, lagi puasa, di suruh upacara *di sklh udah pernah, sih*, tapi abis itu, ada PSAF. DAN ITU PARAH. PARAH SEPARAH-PARAHNYA. jujur aja, gue udah pernah nerima siksaan mental kayak gitu, pas MOS di Penabur dan pelantikan Paskib 21. Tapi ini JAUH lebih parah. Gue ulangin. INI JAUH LEBIH PARAH *maap, capslock iMac nya jebol*

Kita sebagai mahasiswa baru nggak bisa berbuat banyak. Baru ngomong 1 kalimat, para kakak2 komisi disipliner nya udah ngomong 10 kalimat. Tepatnya, 1 orang mahasiswa baru menjawab, sekitar 20 orang disipliner nyaut. nah loh. kacau bener. Dan alhasil, hari ke 2, gue sakit. Banyak banget lagi, sakitnya T____T

Abis itu, masih ada lagi ntar yang nama nya prosesi. apa pula itu? lanjutan dari PSAF yang udah parah? di tambah tugas macem2? gelo, emang kita ini robot, apa? gue yakin, tugas dari dosen2 tuh udah banyak. GA PERLU DI TAMBAH SAMA TUGAS-TUGAS YANG KALIAN KASIH KAN, KAAAAAKKK???!!!

Selasa, 16 Agustus 2011

Hello, University of Indonesia!

HELLO MY BLOOGG~~~
Lama nggak nulis blog gara2 sibuk sana sini *males juga sih* hehe
Setelah sekian lama menghilang dari dunia per-blog-an, tiba2 gue pengen nulis lagi.

Akhir-akhir ini gue seneng, sekaligus capek.
Sejak UN selesai, gue bimbel di inten sampe mabok. Sumpah, mabok 1000%. Gue ngerasa, mungkin lebih baik "siksaan" fisik dari kakak2 paskib di 21 di banding di inten. "siksaan" mental yang di kasih sama Inten tuh parah. Parah banget.
Hal itu terjadi dari setelah UN sampe menjelang SNMPTN.
Abis SNMPTN, penyiksaan belom selesai. Gue masih harus bimbel untuk persiapan SIMAK UI.

Yah, ujung2nya sih, gue boleh tersenyum ngeliat hasil kedua seleksi masuk itu. Gue keterima di 2 fakultas : MIPA dan PSIKOLOGI. Tapi gue mutusin buat ngambil Psikologi.

Rupanya, seleksi itu hanya gerbang masuk ke sebuah tempat bernama "Universitas", tempat di mana semua mahasiswa nya di tuntut untuk sudah menjadi sosok yang lebih dewasa.

Kegiatan awal untuk mahasiswa baru di mulai tanggal 4 Agustus, dengan latihan padus. HELLOWW?! Latihan padus di saat puasa? OMG.. Tapi, kata temen, di situlah cobaan bulan puasa yang akan menambah pahala kita di lebaran nanti.

Abis itu ada ESQ. Biasa, latihan pembentukan karakter. Dari jam 7 pagi sampe maghrib. Kebayang kan, rasa nya duduk bersila selama 11 jam? 2 hari, lagi. Yah, lagi-lagi, di situ lah cobaannya.

Terus ada OBM. Dari hari rabu tanggal 10 kemaren sampe hari ini. Capek sih. Bosen. banget. Tapi kegiatan ini wajib, kalo nggak, gue ga bisa ngambil berbagai macam SKS nanti.. -___-"

Oke, besok adalah ospek fakultas.
Wish me luck, friends!

And last, University of Indonesia, I'm yours, now.

Minggu, 01 Mei 2011

Go - A bleach Fanfic

BLEACH © TITE KUBO :D
-OOC PARAH-



Winter war sudah berakhir berpuluh-puluh tahun yang lalu. Berakhir dengan damai antara Soul Society dengan Hueco Mundo. Sepertinya Aizen sudah bertobat dan mengembalikan Hyogyoku ke tangan pemiliknya. Tapi, Ichimaru tidak ingin mereka berbaikan. Karena tidak ada yang mendukung dia, akhirnya dia pun pergi meninggalkan Hueco Mundo, entah kemana.
Kini Ichigo menjabat sebagai taicho divisi 3, Hisagi di divisi 9, sedangkan divisi 5 masih belum mempunyai taicho, karena tidak ada lagi yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi Taicho.


-OOO-


Hell Butterfly itu hinggap di jari tangan kanan Toushiro Hitsugaya, juubatai taicho. Ternyata dari soutaicho, ‘Hitsugaya-Taicho, aku minta kau segera menghadapku as soon as possible setelah kau menerima kupu-kupu ini.
Hitsugaya menghela nafas, dan segera bershunpo ke divisi 1 untuk menemui soutaicho.

-OOO-


“Hitsugaya Taicho, bisakah aku memintamu untuk pergi ke dunia manusia?” Tanya kakek tua itu, atau yang biasa di panggil soutaicho.
“Untuk apa?” Tanya si icy captain yang sekarang tingginya sudah bertambah lebih dari 40 sentimeter itu.
“Aku memintamu untuk menjemput putri pertama dari Urahara dan Yorouichi. Namanya Hikari. Orang tuanya meminta bantuan kita untuk melatih Hikari.”
“Tapi, memangnya bisa? Dia kan manusia?”
“Hei, hei, sadarkah kau bahwa orang tua nya adalah shinigami? Yah, mungkin kasusnya mirip dengan Kurosaki, tapi kali ini, kita lah yang akan melatihnya. Kau bisa mengajak Rangiku kalau kau mau.”
“Baiklah, lalu apa yang akan kau lakukan dengan Hikari?”
“Kita akan melatihnya.”
“Melatihnya? Kenapa tidak di masukkan ke akademi saja?”
“Tidak, tidak, khusus Hikari adalah pengecualian.”
“Oke, aku akan menjemputnya.”
Dan Hitsugaya pun segera kembali ke habitatnya.


-OOO-


Ketika kembali ke divisinya, Hitsugaya mendapati wakilnya, Matsumoto, sedang membereskan kertas-kertas paperwork yang berserakan.
“Apa yang sedang kau lakukan, Matsumoto?” Tanya Hitsugaya.
“Membereskan kertas-kertas sial ini. Hehe,” jawab Matsumoto sambil cengengesan, as always.
“Emang udah selesai? Kulihat kemaren masih banyak?”
“Baru saja selesai, memang kenapa?”
“Tidak. Oh iya, aku ditugaskan untuk menjemput putri pertamanya Urahara. Kau mau ikut ke dunia manusia, tidak?”
Hubungan antara taicho dan fuku-taicho divisi 10 ini memang dekat. Sangat sangat dekat. Terutama setelah Soul Society baikan dengan Hueco Mundo dan Gin pergi entah kemana.
“Ke dunia manusia? Tentu saja aku mau!” jawab Matsumoto riang, lalu memeluk taicho nya. Tentu saja pelukan maut milik Matsumoto sudah tidak berfungsi lagi, karena tinggi Hitsugaya sudah menyamainya, bahkan lebih tinggi sedikit.
“Baik, besok kita pergi ya,” jawab Hitsugaya.
“Oke!”


-OOO-


“Matsumoto, ayo cepat!” teriak Hitsugaya dari depan kamar Matsumoto. Sejak menara itu di buat, di situ lah para taicho dan wakilnya tinggal.
“Ya, Taicho!” jawab Matsumoto lalu membuka pintu kamarnya.
“Kamu bawa apaan, Matsumoto?”
“Ah, tadi aku membuat kue, kau mau mencobanya, taicho?”
Hitsugaya mengambil kue dari tumbler yang disodorkan Matsumoto.
“Enak juga. Aku baru tahu kau pandai masak, Matsumoto.”
Matsumoto nyengir kuda.
“Hei, kalian jadi ke dunia manusia?” Tanya Hisagi, pemuda tampan yang sekarang sudah menjabat jadi taicho di divisi 9 –dengan wakil si botak seksi Ikaku.-
“Iya, ini kami baru mau berangkat, kok. Ayo, Matsumoto!” jawab Hitsugaya sambil menarik tangan Matsumoto.
“Oleh-oleh~” kata Hisagi.
Hitsugaya Cuma mengacungkan jempol tangannya.


-OOO-


“Toushiro-kun! Rangiku-san!” panggil seseorang yang ternyata adalah Orihime.
“Lho, Orihime, bukannya kau seharusnya ada di divisi 4?” Tanya Matsumoto.
“Aku sedang cuti beberapa hari. Kalian sendiri ngapain di sini? Nge-date?” jawab Orihime, yang melihat sepertinya mereka mesra banget.
“Eh.. Tidak kok, kami dimintai tolong untuk menjemput putri nya Urahara,” jawab Hitsugaya cepat.
“Oh, begitu. Kalian mau menginap di apartemenku, tidak?” Tanya Orihime menawarkan.
“Tentu saja!” jawab Matsumoto riang.
-OOO-
“Huah, sudah lama sekali ya, sejak kita datang ke Karakura High School,” ucap Orihime ketika sarapan.
“Iya, seperti apa ya, sekolah itu sekarang?” kata Matsumoto berandai-andai.
“Matsumoto, kancing bajumu,” kata Hitsugaya.
“Ada apa, Taicho?” Tanya Matsumoto.
“Kancing bajumu, kancingin semuanya. Terutama di bagian dada.”
Yah, as you know, Matsumoto kan hobi banget pamer body-nya, terutama di bagian dada.
“Tapi Taicho, itu sangat tidak nyaman..”
“Nggak ada tapi-tapian, aku nggak suka.”
“Omonganmu itu ambigu sekali, Taicho.”
“KANCINGIN!”
Matsumoto manyun, tapi ia tetap ngancingin bajunya.


-OOO-


“Hari ini kita kedatangan murid baru, anak-anak!” kata guru wali kelas XI Sciene 1.
Hitsugaya dan Matsumoto masuk ke dalam ruang kelas. Suara siulan riuh rendah terdengar dari seluruh murid di kelas, baik cowok maupun cewek.
“Hitsugaya Toushiro. Senang berkenalan dengan kalian,” kata Hitsugaya membungkuk. Para wanita di kelas itu menatap Hitsugaya dengan tatapan mupeng.
“Rangiku Matsumoto,” kata Matsumoto memamerkan senyumnya. Lelaki di kelas itu bersiul riuh rendah.
“Kalian berdua bisa duduk di belakang Hikari, yang berambut ungu itu,” kata sang wali kelas.
“Baik,” jawab Hitsugaya dan Matsumoto berbarengan.
Sejak masuk ke ruang kelas itu, Hitsugaya –dan Matsumoto- merasakan tekanan roh yang besar, namun tidak stabil. Ya, tekanan roh itu berasal dari Hikari.

-Meanwhile, in XI Sciene 2-
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru,” kata sang wali kelas.
Orihime masuk ke kelas. Para lelaki bersiul riuh rendah.
“Inoue Orihime,” kata Orihime memperkenalkan diri.
“Orihime, kau bisa duduk di sana,” kata sang wali kelas sambil menunjuk salah satu kursi.

~Break Time~
“Toushiro-kun! Rangiku-san!” panggil Orihime yang tau-tau udah di samping mereka.
“Orihime!” jawab Matsumoto.
“Uhm.. Reiatsu ini.. Besar sekali,” ucap Orihime yang juga merasakan reiatsu besar itu.
“Yah, punya siapa lagi kalo bukan punya target kita,” jawab Hitsugaya.
“Besar sekali – Tapi tidak terkendali,” kata Orihime.
“Ya, ku rasa dia belum bisa mengontrol reiatsu sebesar itu,” ucap Matsumoto.
“Toushiro? Rangiku?” ucap sebuah suara yang rupanya adalah milik Hikari.
“Hmm?” kedua murid baru itu menoleh ketika di panggil.
“Ehmm.. Sebenarnya, aku ingin bertanya, kenapa aura kalian mirip sekali dengan milik ayah dan ibu – err.. Seperti ada yang berbeda, begitu,” kata Hikari terbata.
“Hmm, begitukah? Aku tidak tahu,” jawab Hitsugaya, pura-pura tidak tahu.
“Oh iya, siapa namamu?” Tanya Matsumoto – yang juga pura-pura tidak tahu.
“Hikari. Kisuke Hikari Shihouin. Umm.. Kau anak baru juga ya? Kalau boleh tahu, siapa namamu?” ucap Hikari, lalu berpaling pada Orihime.
“Orihime. Orihime Inoue,” jawab Orihime sambil tersenyum.

-After School-
Hikari berlari ke locker nya, mengambil baju ganti yang ia bawa dari rumah.
“Kegiatan ekstrakulikuler, Hikari?” Tanya Orihime.
“He em, basket putri setiap hari Senin dan Jumat. Hari ini aku ada sparring lawan SMA lain. Dan setiap ekstrakulikuler berbeda harinya. Tergantung kegiatannya juga sih,” jawab Hikari bersemangat.
“Hei anak baru, kau mau ikut ekskul sepakbola? Sepertinya kau berbakat,” ucap salah satu teman sekelas Hikari – yang bernama Seto – pada Hitsugaya.
“Sepakbola? Boleh juga,” kata Hitsugaya tersenyum tipis.
“Ayo, sekarang,” kata lelaki yang lainnya.
“Tapi aku ga bawa baju ganti,” protes Hitsugaya.
“Pinjem punyaku aja, aku bawa 2,” sahut Kaito, sang ketua kelas 11 Sciene 1.
“Ah, iya,” kata Hitsugaya yang sudah di tarik sama Kaito agar ikut bergabung.
“Perasaan Taicho biasanya galak, kok sekarang malah nggak bisa menolak, ya?” Tanya Matsumoto pada Orihime.
“Hihihi, terbawa suasana, mungkin,” kata Orihime tersenyum tipis.

-OOO-


“Hikari!” teriak salah satu teman Hikari dalam sparring itu, lalu memberikan bola.
“Hup,” Hikari mengambil umpan yang diberikan padanya, lalu melemparnya ke dalam ring, dan masuk.
Sesaat setelah itu, pluit tanda sparring berakhir. SMA Karakura menang tipis.
“Kau hebat, Hikari,” ucap Orihime ketika sparring itu berakhir.
“Ah. Tidak sehebat itu kok,” balas Hikari, nyengir kuda.
“Kau jangan merendah, Hikari,” kata Matsumoto, mencubit pipi Hikari.
“Aduh, aduh,” kata Hikari mengaduh kesakitan.
Beberapa saat kemudian..
“Kau hebat, rambut putih!” ucap Haru sambil berjalan bersama dengan tim sepak bola nya.
“Ah, kau berlebihan deh! Kalian juga hebat kok,” kata Hitsugaya.
“Hahaha, kau benar-benar tak terduga, ya, Hitsugaya-kun,” sambung Kaito.
Hitsugaya nyengir kuda.
“Toushiro-kun! Bagaimana latihanmu hari ini?” Tanya Orihime ketika mereka mendekat.
“Sukses! Sekarang, ayo kita pulang!” jawab Hitsugaya.
Hari memang sudah menjelang malam.
Begitulah, Hitsugaya, Matsumoto dan Orihime mengamati Hikari selama 5 hari. Dia anak yang tidak bisa diam, suka tertawa –persis Matsumoto—tapi kurang bisa menguasai emosinya.

-OOO-


“Ayo pulang, Taicho, Orihime,” kata Matsumoto ketika pulang sekolah.
“Ada apa, Matsumoto? Tumben sekali,” balas Hitsugaya bingung.
“Kepalaku pusing, Taicho,” jawab Matsumoto.
“Baiklah, ayo,” jawab Hitsugaya singkat.
At Home..
“Kau sakit, Rangiku-san? Wajahmu merah sekali,” kata Orihime, khawatir melihat wajah Matsumoto yang merah.
“Tch, tubuhmu panas sekali, Matsumoto,” kata Hitsugaya yang menyentuh dahi Matsumoto.
“Aku tidur saja ya, siapa tahu nanti aku merasa lebih baik,” Ucap Matsumoto lalu masuk ke kamar di mana ia berbagi kamar dengan Orihime, dan langsung terlelap.
-Dinner time-
“Rangiku-san, sudah waktu nya makan malam,” kata Orihime sambil masuk ke kamar mereka.
“Orihime, boleh aku bertanya 1 hal?” Tanya Matsumoto yang sedang duduk di pinggir kasur.
“Hmm?”
“Bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai dua kali, Orihime?”
“Pasti itu menyakitkan sekali, Rangiku-san. Ada apa? Kau merasakan hal itu?”
“Dulu.. Aku pernah kehilangan Gin.. Dan sekarang.. Aku takut.. Kalau aku harus kehilangan.. Taicho..”
Butir-butir air mata mulai turun dari mata milik Matsumoto.
“Rangiku-san, jangan menangis. Aku tahu Toushiro-kun tidak akan meninggalkanmu. Dia orang yang baik dan begitu perhatian. Aku tahu mungkin ia tidak menunjukkannya, tapi aku yakin, di dalam lubuk hati nya, ia ingin melindungi semua yang ia cintai, terutama kau, Rangiku-san,” jelas Orihime lalu memeluk Matsumoto.
“Bagaimana kau bisa tahu, Orihime?” Tanya Matsumoto heran.
“Dari tatapan mata nya. Matanya menjelaskan semuanya,” kata Orihime tersenyum.
“Terima kasih, Orihime,” ucap Matsumoto menghapus air mata nya.
“Sama-sama, Rangiku-san. Sekarang, ayo kita makan malam dulu, kasihan Toushiro-kun menunggu terlalu lama.”
“Ya, ayo.”
Dan pintu kamar pun di tutup.
“Bagaimana keadaan mu, Matsumoto?” Tanya Hitsugaya ketika mereka keluar kamar.
“Udah baikan kok, Taicho,” kata Matsumoto –walau suhu tubuhnya belum sepenuhnya turun-.
“Kau habis menangis? Matamu sembab,” Tanya Hitsugaya lagi.
“Eh.. Tidak kok, Taicho. Mungkin karena pengaruh demamku saja,” jawab Matsumoto.

-OOO-


“Duh, demammu tidak turun juga, Matsumoto,” kata Hitsugaya, sambil memegang dahi Matsumoto. Tersirat kekhawatiran yang dalam di matanya.
“Uhmm.. Mungkin karena kemaren kehujanan,” sahut Matsumoto pelan.
“Rangiku-san, minum obat, ya,” kata Orihime sambil menyodorkan obat pereda demam dan segelas air.
“Terima kasih, Orihime,” kata Matsumoto lalu meminum obat itu.
“Kau istirahat saja, biar demammu cepat turun,” ucap Hitsugaya.
Matsumoto masuk ke kamar dan segera tertidur.

-Around midnight-
“Duh, kenapa demamnya nggak turun-turun juga ya. Mungkin aku harus minta bantuan Toushiro-kun untuk menurunkan panasnya. Tapi, apa dia masih bangun?” gumam Orihime, yang sedang menjaga Matsumoto.
Tok, tok, tok.
Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar.
“Orihime, kau sudah tidur? Boleh aku masuk?” terdengar suara dari luar, yang ternyata adalah Hitsugaya.
“Toushiro-kun? Masuklah. Ada apa?” Tanya Orihime ketika membuka pintu kamarnya.
“Uhmm, aku khawatir dengan keadaan Matsumoto. Bagaimana keadaannya?” Tanya Hitsugaya lagi.
“Ya seperti ini, demamnya masih belum turun juga, padahal tadi sudah minum obat,” jawab Orihime, lalu duduk di salah satu sisi tempat tidur.
“Taicho..” – terdengar Matsumoto mengigau.
“Matsumoto? Tumben sekali,” ucap Hitsugaya pelan.
“Taicho, maafkan aku.. Kumohon.. Aku.. Aku mencintaimu, Taicho. Jangan tinggalkan aku..” ucap Matsumoto dalam tidurnya, membuat Hitsugaya meringis. Perih.
Lalu Hitsugaya menggenggam tangan wanita yang selama ini selalu bersamanya itu.
“Jangan sedih, Matsumoto. I’ll stay forever for you,” ucapnya lirih.
Orihime terdiam, menatap apa yang terjadi di hadapan matanya.
‘Kalau saja kau tahu, Rangiku-san, kalau Toushiro-kun sangat peduli kepadamu,’ batin Orihime.
“Lho? Taicho? Orihime? Kenapa kalian belum tidur?” Tanya Matsumoto yang tiba-tiba terbangun.
“Kami khawatir padamu, Rangiku-san,” jawab Orihime lembut.
Matsumoto terdiam sebentar.
“Taicho, Orihime, istirahatlah. Aku tidak apa-apa,” ucap Matsumoto akhirnya.
“Matsumoto, kau sakit. Jangan sok kuat begitu, aku khawatir padamu,” jawab Hitsugaya, tegas namun lembut.
“Taicho, aku..”
“Ssst, sudahlah, kau jangan banyak protes,” potong Hitsugaya.
Matsumoto mengubah posisi nya menjadi duduk.
“Matsumoto, boleh aku memelukmu? Setidaknya aku ingin mengurangi sedikit perasaan khawatirku,” ucap Hitsugaya.
“Aku, Taicho?” Tanya Matsumoto, meyakinkan dirinya.
“Ya,” jawab Hitsugaya pelan.
Matsumoto menggeser posisinya ke pelukan Hitsugaya. Tersirat sedikit perasaan tenang di hati Matsumoto.
Hitsugaya memeluknya lembut.
“Aku khawatir, Matsumoto. Harusnya kau tidak perlu sakit seperti ini,” bisik Hitsugaya.
“Maafkan aku, Taicho,” kata Mastumoto singkat.
“Tidak apa, istirahatlah.”
Dan mereka pun segera tertidur dengan posisinya masing-masing.

-OOO-

07.30 A.M, Karakura Town’s time..
“Toushiro-kun, Rangiku-san, ayo bangun, sudah pagi,” ucap Orihime –yang juga baru terbangun-.
Matsumoto membuka matanya.
“Kupikir semalam hanya mimpi, ternyata itu kenyataan, ya?” kata Matsumoto yang menyadari bahwa ia tertidur di pelukan Hitsugaya.
“Aduh, matsumoto, jangan bergerak seperti itu,” ucap Hitsugaya yang tiba-tiba terbangun.
“Kau sudah bangun, Taicho,” Matsumoto sudah cengengesan lagi.
“Yukkata, panasnya udah turun,” kata Hitsugaya, menyentuh dahi Matsumoto.
“Semalam, sepertinya aku merasa tubuhmu dingin sekali, Taicho? Ada apa?” Tanya Matsumoto.
“Aku meminta bantuan Hyourinmaru untuk menurunkan suhu tubuhmu,” jawab Hitsugaya tersenyum.
“Terima kasih, Taicho,” Kata Matsumoto.
“Hn,” jawab Hitsugaya singkat.

-OOO-


“Aku bosan, Taicho. Jalan keluar, yuk,” ajak Matsumoto saat siang hari.
“Hei, kau itu baru saja sakit. Jangan keluar dulu,” jawab Hitsugaya mencegah Matsumoto untuk pergi keluar.
“Tapi..” Matsumoto berniat protes.
“Awas kamu kalo berani keluar,” potong Hitsugaya singkat. Yah, dia memang masih khawatir akan keadaan Matsumoto.
Matsumoto sebetulnya kesal, dan ia masuk ke kamarnya untuk menenangkan perasaannya.
“Rangiku-san? Aku tahu sebetulnya kau kesal, tapi alasan Toushiro-kun melarangmu untuk jalan keluar, kan, karena ia khawatir akan keadaanmu. Kau belum pulih sepenuhnya,” ucap Orihime ketika ia masuk ke kamarnya.
“Humm. Yeah. Terkadang ia tidak mau menunjukkan apa yang sebenarnya ia rasakan,” keluh Matsumoto.
“Itulah laki-laki, Rangiku-san. Terlalu gengsi untuk menunjukkan perasaan,” jawab Orihime.
Lalu kedua wanita berambut orange itu bercanda dan tertawa.
Beberapa menit kemudian…
“Matsumoto! Orihime! Aku bawa kue!” kata Hitsugaya yang baru saja masuk ke apartemen mereka.
“Kapan kau keluar, Taicho?” Tanya Matsumoto heran.
“15 menit yang lalu. Itu blueberry cake untukmu, Matsumoto. Dan cheese cake nya untukmu, Orihime,” ucap Histugaya.
“Wah! Blueberry! Kau tahu saja kesukaanku, Taicho,” kata Matsumoto senang.
“Terima kasih, Toushiro-kun!” ucap Orihime.
“Hmm,” jawab Hitsugaya pendek dan masuk ke kamarnya.

-OOO-


“Taicho, kapan kita akan menjemput Hikari?” Tanya Matsumoto, malam harinya.
“Besok saja, tubuhmu belum sembuh sepenuhnya,” jawab Hitsugaya. Dasar protektif. (?)
Matsumoto berjalan ke belakang Taicho-nya yang sedang duduk di depan TV.
“Taicho, aishiteru, Taicho,” kata Matsumoto, lalu memeluk Hitsugaya.
Hitsugaya terdiam beberapa saat – Memahami apa yang baru saja di dengarnya.
“Uhm, maaf Taicho, tidak seharusnya aku berkata begitu,” kata Matsumoto lagi – Terdengar suaranya sedikit bergetar.
Hitsugaya membalik badannya, lalu menyentuh pipi Matsumoto.
“Tidak apa, Matsumoto, aku juga merasakan hal yang sama,” jawab Hitsugaya.
“Be.. Benarkah?”
“Ya.”
Air mata Matsumoto hampir saja jatuh kalau saja tidak di tahan oleh ciuman lembut dari Hitsugaya.
Kedua insane itu menikmati saat-saat mereka bersentuhan.
Tangan Hitsugaya mulai menyentuh tubuh Indah Matsumoto, sampai akhirnya ia menyentuh salah satu asset besar milik Matsumoto.
“E.. Err.. Taicho.. Jangan sekarang,” cegah Matsumoto lalu memberi sedikit jarak pada tubuh mereka.
“Ah, ma.. Maaf, Matsumoto,” kata Hitsugaya.
“Tidak apa, Taicho, dan terima kasih.”
“Untuk apa?”
“Karena kau sudah mencintaiku.”
“Ya, no problem, Matsumoto. Perasaan memang tidak bisa di bohongi, ya.”
Mereka berdua pun tersenyum.
Orihime tersenyum melihat kemesraan kedua insane itu.

-OOO-


Next day..
Konichiwa, Urahara,” sapa Hitsugaya ketika sampai di rumah Urahara.
“Oh, Toushiro dan Rangiku! Ayo masuk,” kata Yorouichi mempersilahkan mereka masuk.

-Dining room-
“Toushiro? Rangiku?” ucap Hikari terkejut ketika ia masuk ke dining room.
“Ya, kau akan di jemput oleh mereka ke Soul Society,” ucap Yorouichi pada putri pertamanya itu.
“Eh? Tapi.. Aku.. Untuk apa?” Tanya Hikari bingung.
“Hikari, ayah dan ibu meminta bantuan Soul Society untuk melatihmu menjadi shinigami yang lebih kuat,” kata Urahara.
“Ah? Apa maksud ayah?” Hikari masih saja bingung atas kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba itu.
“Kau akan segera mengerti ketika sampai di sana, Hikari,” kata Hitsugaya.
“Ayah? Ibu? Aku di izinkan ke sana?” Tanya Hikari, lagi.
“Tentu saja, anakku sayang. Kau akan bertambah dewasa disana. Ibu yakin akan hal itu,” ucap Yorouichi pada Hikari.
“Tenang saja, Hikari. Kami tidak akan memperlakukanmu dengan buruk, kok,” kata Matsumoto tersenyum.
“Tapi.. Kalau aku tidak betah, bolehkah aku kembali ke sini?” yah, itulah Hikari. Suka khawatir akan hal yang belum terjadi.
“Boleh, Hikari, tapi ibu yakin kau akan segera betah di sana. Banyak yang akan kau pelajari di sana,” ucap ibunya lembut.
“Baiklah..” kata Hikari akhirnya.
Adik kembar Hikari, Hiroshi dan Hirako, sempat berurai air mata ketika Hikari akan pergi. Namun, Hikari berhasil menenangkan kedua adiknya itu.
Pada awalnya, Hikari memang bingung dengan keadaan di sana. Namun, ia beradaptasi dengan cepat, bersahabat dengan shinigami di sana, dan belajar banyak dari para Taicho. She’s going to love that place soon.

--FIN--

Sabtu, 15 Januari 2011

Picture of my favorite pairing :3

1. JADEN + ALEXIS(Yu-Gi-Oh! GX)

http://i792.photobucket.com/albums/yy202/SS6_Kor/Anime/Yugioh/Yugioh%20GX%20Couples/JadenAlexisTogetherinaFlowerGarden.jpg







jaden x alexis Pictures, Images and Photos

2. Hitsugaya + Rangiku (BLEACH)







3. ICHIGO + RUKIA (BLEACH)